SUARA SALIRA | KOTA TASIKMALAYA – Terminal Tipe A Indihiang yang berdiri gagah di Kota Tasikmalaya sejak 2003 dan mulai resmi beroperasi tahun 2006 ini, sayangnya makin hari makin sepi. Padahal dulunya Terminal Cilembang lah yang ramai, dan keberadaan Terminal Indihiang semestinya jadi pengganti yang lebih strategis. Tapi kenyataannya? Malah makin ditinggalin penumpang.
Alih-alih jadi pusat naik turun penumpang, orang-orang malah lebih senang naik dari Pool Budiman atau Pool Primajasa. Alasannya? Lebih deket dan udah jadi kebiasaan. Maklum, kalau udah nyaman, susah pindah hati.
Sepinya terminal ini nggak cuma bikin prihatin, tapi juga jadi bahan omongan banyak pihak. Salah satunya dari sembilan pemuda asal Indihiang yang mulai bersuara lantang. Mereka pengen banget pemerintah turun tangan supaya terminal ini nggak terus-terusan jadi tempat parkir kenangan. Harapannya, kalau terminal hidup lagi, para pedagang kecil (PKL) di sekitarnya juga bisa ikut nyari nafkah dengan lebih lancar.
Salah satu dari mereka, Heru Rohmania, bilang kalau kondisi terminal sekarang itu “ngenes banget”. Banyak fasilitasnya rusak, nggak keurus, dan sepi kaya rumah kosong. “Padahal bangunannya udah oke, tinggal pengelolaan dan promosinya yang kayaknya tidur panjang,” ujar Heru.
Menurut pengamatannya, banyak bus dari luar kota yang udah bawa penumpang duluan, kemungkinan mereka jemput dari pinggir jalan, bukan dari terminal resmi. Ini jelas bikin fungsi terminal makin hilang arah.
“Terminal ini cuma berdiri secara fisik aja, tapi fungsinya nyaris nggak ada. Banyak sudut yang terbengkalai. Kalau dibiarkan terus, bisa-bisa nanti cuma jadi bangunan kosong nggak berguna. Padahal ini aset penting lho,” tambah Heru dengan nada serius.
Harapan mereka sederhana: Pemkot Tasikmalaya dan Dinas Perhubungan mau gerak cepat. Kalau perlu, pool-pool bus yang udah ngambil alih fungsi terminal itu ditertibkan. Biar semuanya balik ke jalur yang bener dan terminal bisa hidup lagi—bukan cuma jadi saksi bisu sejarah.
Diolah ulang dari Arjuna Priangan