SUARA SALIRA | KAB. CIAMIS – 25 Juli 2025 – Pagi yang biasanya tenang di Desa Mekarjadi, Kecamatan Sadanaya, mendadak ramai tapi bukan karena demo atau hajatan. Hari itu, ada pemandangan langka—tim Brimob Cineam dan seorang pengusaha durian, H. Wahyu, turun langsung ke pelosok dusun bawa bantuan buat warga yang sedang kesusahan.
Nggak ada panggung, nggak ada acara resmi. Cuma langkah kaki tulus yang nyari rumah-rumah warga di gang kecil dan pinggiran sawah, tepatnya di Dusun Sedekan RT 21 RW 06. Nggak pakai banyak gaya, mereka bawa sembako dan kasih langsung ke tangan orang-orang yang butuh. Tim Brimob-nya pun ikut nyusurin jalan tanah, bukan cuma berdiri manis buat foto-foto.
Empat orang jadi sasaran utama bantuan hari itu. Cerita hidup mereka bikin siapa pun pasti mikir dua kali sebelum ngeluh soal hidup:
- Mak Muniah (72 tahun) tinggal di rumah yang udah nyaris jadi sejarah alias mau roboh. Badannya udah lemah dan nggak bisa ke mana-mana. Bantuan datang bareng niat buat cari solusi biar tempat tinggalnya bisa lebih layak.
- Pak Ilang (62 tahun) hidup sendirian, nggak pernah nikah, dan keadaannya agak kurang stabil secara mental. Dia tinggal numpang di lahan orang. Dapat beras, tapi tim juga coba cari cara bantu lebih jauh.
- Pak Dahman (70 tahun) duda, sakit-sakitan, dan udah nggak bisa kerja. Dapat bantuan beras, tapi juga dicatat apa lagi yang sebenarnya dia butuh.
- Pak Kodir (60 tahun) tuna rungu yang tinggal sama anaknya. Tim kasih bantuan, sambil ngobrol sama keluarganya untuk ngerti lebih dalam apa yang bisa dibantu.
Yang bikin merinding, bukan jumlah bantuan, tapi cara mereka nyampein: sederhana, langsung, dan tulus. Ada air mata, ada senyum lega. Dan itu udah cukup buat jadi bukti kalau bantuan sekecil apapun, bisa jadi cahaya di tempat yang gelap.
Pak Ferry Irinanto, Pasimin Brimob Batalyon D Pelopor, mewakili Kompol Ajang Suhendar, bilang kalau mereka senang bisa gabung di aksi sosial ini. “Kami hadir bukan cuma buat jaga keamanan, tapi juga ikut peduli. Ini bentuk cinta Brimob ke masyarakat,” ucapnya.
Kepala Dusun Sedekan, Pak Arisman, juga nggak bisa nyembunyiin rasa terima kasihnya. “Ini sangat membantu warga. Harapan kami, kegiatan kayak gini bisa terus jalan, dan jadi inspirasi juga buat yang lain,” katanya.
Respons Cepat H. Wahyu: Tak Cuma Diam, Tapi Langsung Bertindak
Satu hal yang nggak bisa diabaikan: kondisi rumah Mak Muniah dan hidup sendirian-nya Pak Ilang bikin hati siapa pun nyesek. Tapi H. Wahyu bukan tipe yang cuma bilang “kasihan ya.” Dia langsung kasih beras dan uang tunai—Rp200 ribu buat Mak Muniah, Rp100 ribu buat Pak Ilang. Sederhana tapi sangat berarti.
Beliau juga nyindir halus ke dinas-dinas terkait dan BAZNAS. Katanya, jangan biarkan program sosial cuma lewat UPZ atau formalitas doang. Rumah yang nyaris roboh dan hidup sendirian tanpa keluarga itu harusnya bisa jadi prioritas dalam anggaran sosial.
Pak Ferry juga setuju, kolaborasi kayak gini bagus banget dan harus dilanjut. “Ini awal yang baik. Kami siap lanjut kerja bareng demi bantu masyarakat,” ujarnya.
Kebaikan Nggak Lihat Seragam
Kisah ini bukan tentang Brimob atau bos durian aja, tapi tentang manusia yang masih peduli. Kebaikan itu nggak butuh jabatan atau pangkat—yang penting mau gerak dan nggak cuma diam. Dari pelosok kecil di Ciamis, kita diingatkan kalau empati masih hidup dan menyala.
Heri Heryanto