SUARA SALIRA
DUKUNG TERUS SUARA SALIRA, DUKUNGAN SAHABAT, SEMANGAT BAGI KAMI. KLIK SAWERIA.CO/SUARASALIRA ---- SUARA SALIRA | 100 PERSEN NOSTALGIA | SIARAN RADIO INTERNET 24 JAM.
BERITA  

Festival Bandung Nyuanki 2025: Cuanki, Musik, dan Sejuta Cerita di Balik Semangkuk Hangat

Suka lagu-lagu nostalgia?
Yuk, dengerin Radio Internet SUARA SALIRA.
Radio yang khusus memutar musik nostalgia pilihan — temani hari-hari sahabat dengan kenangan indah masa lalu.
Sahabat juga bisa request lagu favorit, dan akan diputar dalam waktu sekitar 5 menit kemudian!
Dengarkan langsung lewat HP sahabat.
Cukup install aplikasinya di https://suarasalira.com/android/

SUARA SALIRA | KOTA BANDUNG — Akhir pekan di Bandung makin meriah! Sabtu dan Minggu, 19–20 Juli 2025, area parkir Balai Kota Bandung—tepatnya di Taman Dewi Sartika—disulap jadi surganya para pecinta cuanki. Yup, Festival Bandung Nyuanki 2025 resmi digelar, dan dua hari ini jadi momentum yang pas buat ngumpul, makan enak, dan nikmatin suasana kota yang penuh cita rasa.

Buat kamu yang ngaku fans berat cuanki, jangan sampai kelewatan! Semua varian cuanki dari berbagai penjuru dikumpulin di satu tempat. Ada yang kuahnya nendang, ada juga yang topping-nya bikin senyum-senyum sendiri. Pokoknya, nggak perlu keliling kota—cukup datang ke sini dan perut pun bahagia.

Festival ini mulai dari pagi. Hari Sabtu buka dari jam 7 pagi sampai jam 3 sore, dan hari Minggu sampai jam 12 siang. Serunya lagi, buat pengunjung yang datang paling awal, ada program “Serbu Cuanki Gratis”. Tapi harus cepat-cepat ya, karena cuma buat 7 orang pertama sebelum jam 9 pagi!

Nggak cuma makan-makan aja, festival ini juga dimeriahkan oleh musisi-musisi lokal Bandung yang siap bikin suasana makin asyik. Jadi sambil nyeruput kuah cuanki hangat, telinga juga dimanjain sama musik keren.


🎞️ Cuanki: Lebih dari Sekadar Jajanan Pinggir Jalan

Banyak yang nggak tahu, ternyata cuanki itu punya sejarah panjang dan menarik banget. Konon, nama “cuanki” diambil dari “Choan Kie”, nama dagang dari makanan berkuah asal Cimahi yang artinya “rezeki”. Tapi ceritanya nggak berhenti di situ.

Dulu banget, sekitar abad ke-16, saat Kesultanan Cirebon masih berjaya, cuanki lahir dari kisah akulturasi budaya. Ada pedagang Tionghoa yang jatuh cinta (secara harfiah dan kuliner) sama gadis Cirebon. Dari situ, muncullah racikan makanan yang memadukan bumbu Tionghoa dan rasa lokal. Hasilnya? Semangkuk cuanki yang bikin ketagihan!

Masuk ke era 1980-an, cuanki mengalami “peremajaan”. Bahan bakunya mulai pakai ikan tenggiri, menggantikan daging babi, supaya lebih bisa dinikmati semua kalangan. Nah, dulunya para penjual cuanki ini keliling jalan kaki sambil memikul dagangannya. Dari situ, muncul istilah “Cuanki” yang juga disingkat jadi Cari Uang Jalan Kaki. Unik banget, kan?

Sekarang, cuanki udah jadi ikon kuliner Bandung dan Jawa Barat. Tapi lebih dari itu, cuanki juga menyimpan kisah perpaduan dua budaya yang dipersatukan lewat rasa.

Jadi, setiap kali kamu makan cuanki, jangan lupa—itu bukan cuma soal rasa, tapi juga cerita.

Kuswandi

error: Content is protected !!