SUARA SALIRA
DUKUNG TERUS SUARA SALIRA, DUKUNGAN SAHABAT, SEMANGAT BAGI KAMI. KLIK SAWERIA.CO/SUARASALIRA ---- SUARA SALIRA | 100 PERSEN NOSTALGIA | SIARAN RADIO INTERNET 24 JAM.
BERITA  

Di Balik Megahnya Balai Kota Tasik, Tak Semua Sudut Kota Bersinar: Ada Kakek dan Nenek yang Butuh Uluran Tangan

Suka lagu-lagu nostalgia?
Yuk, dengerin Radio Internet SUARA SALIRA.
Radio yang khusus memutar musik nostalgia pilihan — temani hari-hari sahabat dengan kenangan indah masa lalu.
Sahabat juga bisa request lagu favorit, dan akan diputar dalam waktu sekitar 5 menit kemudian!
Dengarkan langsung lewat HP sahabat.
Cukup install aplikasinya di https://suarasalira.com/android/

SUARA SALIRA | KOTA TASIKMALAYA – Siapa sangka, di balik megahnya Balai Kota Tasikmalaya yang sibuk dan penuh aktivitas, ada kisah yang bisa bikin dada sesak. Hari ini, Sabtu (8 Juli 2025), seorang sosok yang udah gak asing lagi dalam urusan berbagi, H. Wahyu, turun lagi ke lapangan. Tapi kali ini bukan soal bisnis durian—melainkan urusan hati nurani.

Kakek Endang, Bertahan Sendiri dengan Rasa Sakit dan Dinding Renta

Perjalanan pria murah hati ini membawanya ke Kampung Rancageuneng, tepatnya di RT 02 RW 03, Kelurahan Sukajaya, Bungursari. Di sana, hidup seorang kakek 68 tahun bernama Endang, yang hari-harinya dilalui dalam kesendirian dan sakit yang tak kunjung reda. Gak ada anak, gak ada pasangan. Hanya dinding rapuh dan bantuan tetangga yang jadi teman hidupnya.

H. Wahyu, yang datang karena info dari netizen di media sosial, gak cuma membawa sekarung beras dan uang tunai Rp100 ribu, tapi juga membawa perhatian—sesuatu yang kadang lebih langka dari uang. Melihat kondisi rumah si kakek, H. Wahyu sampai geleng-geleng kepala.

“Ini rumah… udah bukan gak layak huni lagi, tapi kayak udah minta roboh sendiri,” ujar H. Wahyu dengan nada prihatin.

Situasi ini seolah menampar kita semua. Di tengah pusat kota yang sibuk bikin taman dan tugu, masih ada yang tidur beratap bocor dan lantai tanah.

Mak Anah, Nenek 80 Tahun yang Masih Aktif Ngaji dan Penuh Semangat

Setelah dari rumah Kakek Endang, H. Wahyu melanjutkan langkahnya ke rumah Mak Anah, nenek tangguh yang meski sudah masuk usia 80 tahun, tetap aktif mengaji, beribadah, dan gak pernah mengeluh. Badannya boleh renta, tapi semangatnya bisa bikin anak muda minder.

Sama seperti sebelumnya, H. Wahyu menyerahkan bantuan yang sama: beras dan uang tunai. Tapi yang bikin haru adalah respon Mak Anah yang tetap senyum, tetap bersyukur, dan gak minta lebih dari apa yang dikasih.

Kisah Mak Anah jadi reminder bahwa kekuatan hidup bukan di dompet, tapi di hati.

Aksi Kecil, Dampak Besar: Saat Media Sosial dan Hati Nurani Bekerja Sama

Yang bikin gerakan ini makin bermakna adalah fakta bahwa info soal para lansia ini datang dari netizen. Artinya, ketika orang-orang peduli mau bersuara, perubahan itu bisa dimulai.

Aksi H. Wahyu ini gak hanya soal sedekah, tapi soal membangunkan empati kita yang mungkin sudah tertidur lama. Bahwa di kota sebesar Tasikmalaya, masih ada yang harus memilih antara makan atau obat. Dan itu harusnya bikin kita gak nyaman duduk diam.

Semoga kisah ini bukan cuma lewat begitu aja. Tapi bisa mengetuk pintu hati yang masih terkunci. Biar Tasik gak cuma jadi kota yang indah di foto, tapi juga hangat di hati warganya.

Heri Heryanto

error: Content is protected !!