SUARA SALIRA
DUKUNG TERUS SUARA SALIRA, DUKUNGAN SAHABAT, SEMANGAT BAGI KAMI. KLIK SAWERIA.CO/SUARASALIRA ---- SUARA SALIRA | 100 PERSEN NOSTALGIA | SIARAN RADIO INTERNET 24 JAM.
BERITA  

Guru Tanpa Gaji: Kisah Haru di Balik Madrasah Kecil Ciamis, H. Wahyu Datang Membantu

Suka lagu-lagu nostalgia?
Yuk, dengerin Radio Internet SUARA SALIRA.
Radio yang khusus memutar musik nostalgia pilihan — temani hari-hari sahabat dengan kenangan indah masa lalu.
Sahabat juga bisa request lagu favorit, dan akan diputar dalam waktu sekitar 5 menit kemudian!
Dengarkan langsung lewat HP sahabat.
Cukup install aplikasinya di https://suarasalira.com/android/

SUARA SALIRA | KAB. CIAMIS – Di balik tenangnya Desa Nasol, Kecamatan Cikoneng, ada cerita yang bisa bikin hati kamu nyesek tapi juga hangat. Di sana, di sebuah madrasah sederhana bernama Miftahul Padilah, sekelompok guru ngaji terus berjuang menyalakan lentera ilmu—meski tanpa bayaran sepeser pun.

Hari Minggu kemarin, tanggal 6 Juli 2025, datanglah sosok yang nggak asing lagi kalau soal berbagi: H. Wahyu. Pria yang dikenal karena tangan dingin dan hatinya yang luas ini datang bukan bawa kata-kata, tapi satu karung beras untuk tiap guru ngaji di madrasah itu. Bukan jumlahnya yang bikin mewek, tapi ketulusan dan kepeduliannya.

Bukan Gaji, Tapi Niat yang Tak Pernah Mati

Salah satu yang dapat bantuan itu adalah Ahmad Toha, koordinator guru di madrasah tersebut. Beliau ngajarin 75 santri bareng 8 rekan guru lainnya. Tapi coba tebak? Gaji mereka = 0 rupiah. Yap, nol besar.

Toha cerita, selama ini mereka cuma dapat bantuan Rp600 ribu setahun sekali, ditambah Rp2 juta dari Kesra yang harus dibagi ber-8. Artinya? Seorang guru cuma kebagian beberapa ratus ribu setahun. Bayangin gimana mereka bertahan hidup?

“Aku cuma berharap ada perhatian lebih dari pemerintah. Kami ini mengajar demi masa depan anak-anak, bukan cari kekayaan,” ucap Toha lirih.

H. Wahyu: “Mereka Ini Pejuang, Bukan Sukarelawan Biasa”

Melihat kenyataan itu, H. Wahyu angkat suara. “Ironis banget. Di tempat lain masih mending ada gaji 100 ribu per bulan. Di sini? Nggak ada sama sekali,” kata beliau, dengan raut wajah prihatin.

Ia menyerukan agar Kementerian Agama, Baznas, dan Pemerintah Daerah jangan cuma duduk manis. “Guru ngaji kayak gini butuh kita bantu. Mereka ini pahlawan karakter bangsa. Jangan sampai terus-menerus diabaikan.”

Lebih dari Sekadar Bantuan

Bantuan beras dari H. Wahyu mungkin terlihat sederhana. Tapi buat guru-guru ngaji di desa itu, bantuan ini ibarat pelukan hangat setelah kehujanan panjang. Dan siapa tahu, dari satu karung beras ini, akan tumbuh perhatian lebih luas dari banyak pihak.

Karena membangun negeri bukan cuma soal gedung pencakar langit, tapi juga menjaga para penjaga akhlak di madrasah-madrasah kecil seperti di Desa Nasol ini.

Heri Heryanto

error: Content is protected !!