SUARA SALIRA KAB. CIAMIS – Kalau dulu segala urusan zakat harus lewat pusat, sekarang nggak lagi. Baznas Kabupaten Ciamis punya cara baru yang lebih dekat ke rakyat: menggandeng UPZ alias Unit Pengumpul Zakat di tiap desa dan kelurahan. Jadi, pengelolaan zakat nggak cuma muter di kantor kabupaten aja.
Ketua Baznas Ciamis, Dr. H. Lili Mitfah, bilang kalau ini bukan keputusan asal-asalan. “Kami percaya, yang paling ngerti kondisi warga ya orang yang tinggal bareng mereka. Maka dari itu, UPZ di tingkat desa jadi ujung tombaknya,” ucapnya.
UPZ, Bukan Cuma Nama Tapi Motor Perubahan
Peran UPZ ternyata krusial banget. Karena posisinya langsung di tengah masyarakat, mereka lebih tahu siapa yang butuh bantuan, dan apa yang paling diperlukan. Hasilnya? Bantuan zakat bisa lebih cepat nyampe ke yang berhak, tanpa banyak drama salah sasaran.
Sekarang, zakat nggak lagi dipandang cuma sebagai kewajiban individu, tapi udah naik level jadi gerakan bareng-bareng yang dirasain langsung manfaatnya oleh warga sekitar. UPZ jadi semacam denyut nadi program zakat di lapangan.
Era Digital, UPZ Juga Melek Teknologi
Nggak cuma urusan lapangan, UPZ juga dibekali kemampuan digital. Lewat aplikasi SIAP ZIS, mereka diajarin cara ngelola zakat yang lebih rapi dan transparan. Jadi, laporan keuangan bisa dicek jelas, semuanya terekam, dan makin dipercaya masyarakat.
Pelatihan ini bikin para pengurus UPZ makin profesional. Mereka nggak cuma andal di masyarakat, tapi juga paham sistem digital. Jadi, pengelolaan zakat makin modern dan efisien.
Dari Warga, oleh Warga, untuk Warga
Apa yang dilakukan Baznas Ciamis ini jadi bukti kalau perubahan bisa banget dimulai dari bawah. Dengan memperkuat komunitas, mereka lagi bangun sistem zakat yang bukan cuma kuat, tapi juga berkelanjutan.
Zakat jadi alat untuk saling bantu, saling rangkul, dan ngebentuk solidaritas sosial yang real, bukan cuma di atas kertas. Nggak heran kalau makin banyak orang yang percaya, zakat itu bisa jadi kekuatan untuk ubah nasib masyarakat.
Heri Heryanto