Artikel ini tentang:
- Ormas GRIB Jaya Buka Cabang di Bali, Pecalang Bilang: ‘Terima Kasih, Tapi Tidak
- Pecalang vs Ormas Luar: Bali Punya Sistem, Terima Kasih Saja GRIB Jaya
- Bali Tolak GRIB Jaya: Pecalang Siap Jaga Pulau Tanpa Bantuan Ormas Luar
- GRIB Jaya Mau Masuk Bali, Pecalang: Kami Sudah Cukup Kuat
- Ormas Hercules Mau Masuk Bali, Tapi Ditolak Sama Pecalang
- Pecalang Bicara Tegas: Bali Nggak Butuh Tambahan Penjaga!
- GRIB Jaya Deklarasi di Bali, Warga Lokal Langsung Pasang Badan
- Kami Penjaga Adat, Bukan Penjaga Biasa’: Pecalang Tolak GRIB Jaya
- Ormas Mau Masuk Bali? Pecalang Sudah Punya Jawaban Tegas
- Pecalang: Bali Punya Sistem Sendiri, Ormas Luar Tidak Diperlukan
- Penjaga Adat Bali Tegas Tolak GRIB Jaya, Ini Alasannya
Rencana ekspansi ormas Gerakan Rakyat Indonesia Bersatu (GRIB) Jaya ke Bali bikin heboh. Bukannya disambut, kehadiran kelompok ini justru langsung ditolak, terutama oleh para pecalang—penjaga adat yang jadi tulang punggung keamanan lokal di Pulau Dewata.
GRIB Jaya, yang dikenal sebagai ormas di bawah komando Hercules, belakangan disebut-sebut membentuk pengurus cabang di Bali. Tapi kabar ini langsung mengundang reaksi keras dari masyarakat setempat.
Wakil Gubernur Bali, I Nyoman Giri Prasta, angkat suara. Menurutnya, Bali udah punya sistem keamanan yang kokoh dan berbasis kearifan lokal. “Pecalang dan aparat negara seperti TNI-Polri udah cukup. Jadi, kita enggak butuh ormas dari luar buat jaga ketertiban di sini,” kata Giri pada Senin (5/5/2025), dikutip dari Kompas.com.
Giri juga bilang, di lebih dari 1.400 desa adat di Bali, sudah ada pecalang yang secara aktif menjaga keamanan sekaligus keindahan wilayah adat mereka. Dan mereka nggak butuh bala bantuan dari luar.
Sambil menunggu Gubernur I Wayan Koster balik dari Belanda, Giri menegaskan bakal koordinasi untuk sikap resmi Pemprov terhadap deklarasi DPD GRIB Jaya Bali. Tapi dia menyebut Koster sebelumnya juga sudah menyatakan penolakan.
Video Penolakan Pecalang Viral
Penolakan makin meluas setelah video pecalang menolak GRIB Jaya viral di Instagram. Video itu dibagikan oleh Senator RI Ni Luh Djelantik pada Minggu (4/4/2025).
Dalam video tersebut, seseorang bernama Rahmat memperkenalkan diri sebagai Panglima Satgas GRIB DPD Bali. Namun, pecalang yang hadir langsung menyatakan sikap: “Kami bukan sekadar penjaga biasa, kami penjaga adat. Bali nggak butuh ormas dari luar.”
Mereka menyampaikan keresahan bahwa kehadiran ormas luar bisa mengganggu tatanan hidup yang sudah diwariskan turun-temurun. “Kami punya sistem sendiri. Sudah terbukti kuat, jalan terus, dan dihormati rakyat,” lanjut pecalang yang tak disebut namanya.
Menurutnya, dengan 1.500 desa adat di Bali, dan pecalang yang aktif di tiap desa, keamanan Bali seharusnya tetap aman dan terkendali tanpa bantuan ormas manapun.
“Pecalang itu ada di akar rumput. Kita tahu apa yang harus dijaga dan dilindungi,” katanya tegas.
Dan mereka juga menolak jika peran mereka dipolitisasi. “Kami nggak digerakkan oleh politik, tapi oleh tanggung jawab atas adat dan tanah kelahiran kami,” tandasnya.
Surat Terbuka dari Ketua Pecalang
Penolakan tak hanya lewat video. Ketua Pecalang DA Sulanyah dari Kecamatan Seririt, Buleleng, Wayan Darmaya, juga menulis surat terbuka. Surat itu ditujukan ke Gubernur Bali, Bandesa Agung MDA Provinsi Bali, dan Manggala Agung Pasikian Pecalang Provinsi Bali.
Dalam suratnya, Wayan menyuarakan keresahan para pecalang atas masuknya ormas luar. Ia mengutip Peraturan Gubernur Nomor 4 Tahun 2019, yang menyebut bahwa pecalang sebagai bagian dari struktur adat sudah punya peran resmi dan sah untuk menjaga keamanan desa adat.
Makanya, Wayan meminta agar keberadaan ormas luar ditolak dan meminta agar lembaga pecalang diperkuat, termasuk dengan alokasi anggaran yang layak.
Tim Suara Salira dari berbagai sumber.