Nostalgia
Senang sekali rasanya waktu itu bisa nonton film Mulan versi tahun 1998. Ceritanya heroik dan penuh pesan yang inspiratif.
Kebetulan saya dapat VCD bajakannya saat main ke Dusit Mangga Dua, Jakarta. Maklum, zaman itu belum ada YouTube, dan HP juga belum secanggih sekarang untuk nonton video.
Internet masih jadi barang mewah—kalau mau online, harus ke warnet dulu.
Intisari Film Mulan (1998)
Di zaman kekaisaran Tiongkok, seorang gadis bernama Fa Mulan menghadapi dilema besar: sang ayah yang sudah renta terpaksa dipanggil untuk berperang melawan invasi pasukan Hun. Tak tega melihat ayahnya berangkat ke medan laga, Mulan mengambil keputusan berani — menyamar sebagai pria dan menggantikan posisi ayahnya di barisan tentara kekaisaran.
Dengan nama samaran “Ping,” Mulan menyusup ke dalam kamp pelatihan dan berjuang untuk beradaptasi di dunia yang keras dan maskulin. Pelatihan berat dan tekanan tidak menyurutkan tekadnya, terlebih dengan kehadiran Mushu — naga kecil nyentrik nan cerewet yang diam-diam dikirim leluhur keluarganya sebagai penjaga spiritual.
Mulan tidak hanya menunjukkan kemampuannya bertarung, tapi juga kecerdasan luar biasa. Ia mengatur strategi yang membuat pasukan musuh hancur karena longsoran salju. Meski identitasnya sebagai wanita akhirnya terungkap dan membuatnya dikucilkan, keberaniannya tak berhenti di situ.
Saat ibukota kekaisaran berada dalam bahaya akibat serangan mendadak dari Shan Yu, pemimpin Hun yang bengis, Mulan tampil kembali dan menyusun rencana berani untuk menyelamatkan Kaisar — dan berhasil. Ia tak hanya menyelamatkan negeri, tapi juga mengubah cara pandang masyarakat tentang keberanian dan kehormatan.
Di akhir kisah, Mulan pulang ke rumah sebagai pahlawan sejati, membawa bukan hanya penghargaan dari Kaisar, tapi juga rasa hormat dari seluruh negeri. Kapten Li Shang yang diam-diam terpesona oleh keteguhan Mulan, akhirnya datang berkunjung — membuka jalan bagi awal yang baru.